TUJUAN MANAGEMEN KEUANGAN
Tujuan mangemen keuangan adalah untuk membantu mamaksimalkan kekayaan pemilik perusahaan, atau lebih sederhananya memaksimalkan laba perusahaan. Hal ini memang benar, tapi seperti yang telah kita ketahui, perusahaan memiliki tujuan-tujuan yang lain, misalnya memaksimalkan penjualan, memaksimalkan pangsa pasar, mamaksimalkan tingkat pertumbuhan penjualan, dan memaksimalkan harga sahan perusahaan.
Pada level personal, manager menaruh perhatian terhadap pemaksimalan gaji dan tunjangan-tunjangan. Pemaksimalan seperti itu, kadang-kadang dihubungkan dalam maksimalisasi return on investment (ROI), return on equity (ROE), return on assets (ROA), atau return on net assets (RONA).
Dari perspektif managemen keuangan, ada dua tujuan yang saling tumpang tindih : profitabilitas dan viabilitas. Perusahaan ingin selalu mendapat laba dan melanjutkan usahanya. Mungkin dapat pula terjadi, perusahaan mendapatkan laba, tetapi tidak dapat melanjutkan usaha.
Profitability
Dalam memaksimalkan laba, selalu terjadi pilihan dengan risiko yang didapat. Semakin besar risiko yang akan terjadi, semakin besar return yang akan diperoleh. Misalnya jika kita diberikan dua proyek dengan risiko yang sama, kita akan selalu memilih untuk melaksanakan proyek yang akan memberikan return yang lebih besar. Lebih sering terjadi daripada tidak, bagaimanapun, situasi kita berputar-balik apakah return pada suatu investasi spesifik adalah cukup besar untuk membenarkan resiko yang dilibatkan.
Misal anda berinvestasi dalam obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah. Anda akan memperoleh laba atau return yang lebih rendah dibandingkan jika anda berinvestasi dalam obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan. Hal ini dikarenakan kemungkinan perusahaan penerbit obligasi memiliki kemampuan membayar pokok dan bunga obligasi yang lebih rendah dibandingkan dengan pemerintah, sehingga obligasi perusahaan memiliki risiko yang lebih besar.
Hal itu bukan berarti bahwa setiap orang akan memilih untuk menerima tingkat risiko yang sama. Beberapa orang akan menyimpan uangnya di bank, dan lainnya akan memilih saham yang paling spekulatif. Beberapa perusahaan, dibandingkan perusahaan yang lain, lebih ingin menerima tingkat risiko yang lebih tinggi dengan tujuan untuk mencapai laba potensial yang tinggi. Kuncinya adalah, dalam setiap keputusan bisnis, perusahaan selalu berhadapan dengan pilihan antara risiko vs return. Dalam keseluruhan buku ini, ketika keputusan-keputusan dipertimbangkan, pertanyaan yang akan muncul adalah “apakah tambahan laba lebih bernilai dibandingkan risiko?”
Viabilitas / Kelangsungan Hidup
Perusahaan-perusahaan tidak memiliki keinginan untuk bangkrut, sehingga tidak mengherankan kalau salah satu tujuan penting managemen keuangan adalah memastikan viabilitas keuangan.
Likuiditas secara sederhana merupakan pengukur jumlah sumber-sumber yang dimiliki perusahaan yang berupa kas atau yang sumber yang bisa dikonversikan menjadi kas dalam jangka pendek untuk memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendek perusahaan. Secara umum jangka pendek berarti satu tahun atau kurang dari satu tahun. Jadi perusahaan dikatakan likuid jika memiliki sumber-sumber jangka pendek yang cukup untuk memenuhi kewajiban jangka pendek yang akan jatuh tempo.
Solvency (kemampuan melunasi hutang) memiliki konsep yang sama dengan perspektif jangka panjang. Jangka panjang berarti lebih dari satu tahun. Apakah perusahaan memiliki kemampuan menghasilkan potensial kas yang cukup untuk tiga, lima atau sepuluh tahun yang akan datang untuk memenuhi kebutuhan kas pada tahun yang bersangkutan? Perusahaan harus merencanakan tingkat kemampuan membayar yang cukup bagus di masa depan karena sejumlah kas yang berpotensi besar melibatkan waktu yang lama dalam perencanaan untuk menghasilkan. Akar dari krisis likuiditas yang menyebabkan perusahaan bangkrut kadang-kadang disebabkan oleh perencanaan solvensi jangka panjang yang kurang memadai di tahun-tahun awal.